SURABAYA, kabarbisnis.com:: Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) mendesak pemerintah untuk segera membentuk bank yang khusus menangani sektor agribisnis termasuk di dalamnya perkebunan.
Upaya pendirian Bank Agribisnis ini diharapkan dapat menjadi pendorong dalam proses revitalisasi industri perkebunan utama nasional seperti perkebunan kopi dimana pemerintah sendiri menargetkan agar Indonesia menjadi produsen kopi terbesar di tingkat Asia Tenggara.
Ketua GAEKI, Hamdani Sugandhi mengatakan proses untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi nomor satu dunia dengan diawali menjadi yang terbesar di Asia Tengara mesti dilakukan secara simultan. "Upaya itu dilakukan dari sektor hulu maupun sektor hilir, dari proses on farm-nya hingga off farm khususnya sisi industri. Langkah ini memang multi-stakhoder sehingga dirumuskan sejumlah kebijakan untuk mendukung langkah peningkatan produksi kopi nasional," kata Sugandhi.
Sugandhi menerangkan produksi kopi nasional saat ini mencapai kisaran 600.000 ton per tahun, volume itu menempatkan Indonesia sebagai produsen ke-3 dunia. "Posisi Indonesia masih kalah dengan Brazil dan Vietnam yang kini menempati posisi ke-2. Ini tentunya menjadi tantangan agar Indonesia bisa naik kelas minimal awal mengalahkan Vietnam yang kini setiap tahunnya memiliki produksi kopi 1,2 juta ton," ujarnya.
Sugandhi mengatakan upaya ekstensifikasi yang bertumpu pada pembuakaan lahan baru bagi perkebunan kopi menjadi keniscayaan yang harus segera ditempuh. Di sisi lain, produktivitas produksi, kata Sugandhi, juga mesti ditingkatkan karena pada sisi ini Indonesia kalah jauh dengan Vietnam.
"Peningkatan produktivitas ini terkait juga dengan sentuhan teknologi yang seharusnya sudah mulai dimasukkan dalam skema perkebunan kopi nasional. Upaya lainnya dibutuhkan upaya revitalisasi tanaman kopi termasuk perkebunan kopi rakyat dengan varietas unggul sehingga produktivitas akan meningkat dengan sendirinya," tegasnya.
Upaya-upaya sektor hulu perkebunan, kata Sugandhi, maupun sektor hilir di industri kopi itu di Indonesia ini akan semakin terakselerasi bila didukung dengan adanya sistem perbankan yang ramah bagi usaha agribisnis.
"Terus terang perbankan nasional masih belum seramah negara tetangga
Malaysia, Thailand maupun Vietnam dalam proses pembiayaan sektor agrobisnis khususnya perkebunan dan industri kopi. Ini sedikit banyak akan menghambat proses revitalisasi industri perkebunan kopi nasional," ungkapnya.
Sugandhi mengatakan, pihaknya sangat mendukung bila pemerintah secara khusus mendirikan bank yang bergerak di sektor agribisnis. "GAEKI sangat mendukung penuh bila pemerintah merealisasikan pembentukan Bank Agribisnis guna mendukung proses penguatan dan revitalisasi sejumlah sektor pekrbunan nasional khususnya kopi,"
Upaya pendirian Bank Agribisnis ini diharapkan dapat menjadi pendorong dalam proses revitalisasi industri perkebunan utama nasional seperti perkebunan kopi dimana pemerintah sendiri menargetkan agar Indonesia menjadi produsen kopi terbesar di tingkat Asia Tenggara.
Ketua GAEKI, Hamdani Sugandhi mengatakan proses untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi nomor satu dunia dengan diawali menjadi yang terbesar di Asia Tengara mesti dilakukan secara simultan. "Upaya itu dilakukan dari sektor hulu maupun sektor hilir, dari proses on farm-nya hingga off farm khususnya sisi industri. Langkah ini memang multi-stakhoder sehingga dirumuskan sejumlah kebijakan untuk mendukung langkah peningkatan produksi kopi nasional," kata Sugandhi.
Sugandhi menerangkan produksi kopi nasional saat ini mencapai kisaran 600.000 ton per tahun, volume itu menempatkan Indonesia sebagai produsen ke-3 dunia. "Posisi Indonesia masih kalah dengan Brazil dan Vietnam yang kini menempati posisi ke-2. Ini tentunya menjadi tantangan agar Indonesia bisa naik kelas minimal awal mengalahkan Vietnam yang kini setiap tahunnya memiliki produksi kopi 1,2 juta ton," ujarnya.
Sugandhi mengatakan upaya ekstensifikasi yang bertumpu pada pembuakaan lahan baru bagi perkebunan kopi menjadi keniscayaan yang harus segera ditempuh. Di sisi lain, produktivitas produksi, kata Sugandhi, juga mesti ditingkatkan karena pada sisi ini Indonesia kalah jauh dengan Vietnam.
"Peningkatan produktivitas ini terkait juga dengan sentuhan teknologi yang seharusnya sudah mulai dimasukkan dalam skema perkebunan kopi nasional. Upaya lainnya dibutuhkan upaya revitalisasi tanaman kopi termasuk perkebunan kopi rakyat dengan varietas unggul sehingga produktivitas akan meningkat dengan sendirinya," tegasnya.
Upaya-upaya sektor hulu perkebunan, kata Sugandhi, maupun sektor hilir di industri kopi itu di Indonesia ini akan semakin terakselerasi bila didukung dengan adanya sistem perbankan yang ramah bagi usaha agribisnis.
"Terus terang perbankan nasional masih belum seramah negara tetangga
Malaysia, Thailand maupun Vietnam dalam proses pembiayaan sektor agrobisnis khususnya perkebunan dan industri kopi. Ini sedikit banyak akan menghambat proses revitalisasi industri perkebunan kopi nasional," ungkapnya.
Sugandhi mengatakan, pihaknya sangat mendukung bila pemerintah secara khusus mendirikan bank yang bergerak di sektor agribisnis. "GAEKI sangat mendukung penuh bila pemerintah merealisasikan pembentukan Bank Agribisnis guna mendukung proses penguatan dan revitalisasi sejumlah sektor pekrbunan nasional khususnya kopi,"